Aspek Filosofi Dalam Kehidupan

Sebuah faktor utama yang akan menentukan bagaimana kehidupan kita nantinya itu adalah, bagaimana cara kita berpikir.

Semua yang terjadi di dalam pikiran kita, baik dalam bentuk pemikiran, ide, dan informasi, akan membentuk filosofi kita. Filosofi kita kemudian mempengaruhi kebiasaan dan tingkah laku kita, dan dari sinilah semuanya berawal.

Bagaimana Filosofi Kita Terbentuk?

Fillosofi kita berasal dari apa yang kita tahu, dan dari cara kita mengetahuinya.

Sepanjang hidup, kita menerima masukan dari berbagai sumber, misalnya sekolah, teman, kerabat, pengaruh media, rumah, dan lingkungan; buku dan proses membaca; mendengar serta mengamati.

Berbagai sumber pengetahuan dan informasi yang telah berkontribusi terhadap pembentukan filosofi kita itu, jumlahnya tidak terbatas. Sebagai orang dewasa, semua informasi yang kita terima ini akan disaring oleh filosofi kita.

Dalam proses penyaringan tersebut, konsep-konsep yang sepertinya sesuai dengan kesimpulan yang sudah kita buat, akan ditambahkan ke dalam gudang pengetahuan kita, dan digunakan untuk memperkuat pemikiran kita saat ini.

Sedangkan ide-ide yang sepertinya bertentangan dengan kepercayaan kita, biasanya segera ditolak.

Secara terus menerus, kita melakukan proses pengecekan terhadap kepercayan yang sudah ada, dengan tujuan untuk memastikan keakuratan, atau mengkonfirmasinya dengan informasi yang baru kita dapat.

Saat menggabungkan informasi yang baru dengan yang lama, hasilnya mungkin akan memperkuat kepercayaan lama, atau memperluas filosofi yang sudah ada, dibawah pengaruh informasi baru mengenai kehidupan dan orang-orang.

Kepercayaan sama yang telah membentuk filosofi kita, juga akan menentukan sistem nilai-nilai kita. Kepercayaan kita, akan mengarahkan kita untuk membuat keputusan tertentu, mengenai apa yang berharga bagi kita sebagai seorang manusia.

Seiring waktu, kita akan memilih untuk melakukan apapun yang dianggap berharga. Saat seseorang memutuskan untuk memulai harinya setiap jam 5 pagi, agar dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, apa yang sebenarnya dia lakukan?

Dia melakukan apa yang filosofinya ajarkan mengenai apa yang berharga. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memilih untuk tidur dari pagi sampai sore, berarti dia juga melakukan apa yang dianggapnya berharga.

Namun, hasil dari ke dua filosofi yang berbeda ini (dari penilaian orang mengenai apa yang berharga) akan sangat jauh berbeda.

Kita semua punya ide-ide sendiri mengenai hal-hal yang mempengaruhi kehidupan kita, berdasarkan informasi yang telah kita kumpulkan selama bertahun-tahun.

Masing-masing kita, punya pandangan sendiri mengenai pemerintah, pendidikan, ekonomi, pimpinan, dan hal-hal lain. Apa yang kita pikirkan mengenai hal ini akan ditambahkan ke dalam filosofi kita, dan menyebabkan kita menarik suatu kesimpulan tertentu mengenai kehidupan dan cara kerjanya.

Kesimpulan ini, kemudian mengarahkan kita untuk membuat penilaian, yang akan menentukan bagaimana reaksi kita terhadap situasi dan kondisi tertentu.

Kita semua sudah dan akan terus membuat keputusan menurut apa yang dianggap berharga. Entah keputusan itu mengarahkan kita pada kesuksesan atau kegagalan, akan tergantung dari informasi yang kita telah kumpulkan selama bertahun-tahun, hingga membentuk filosofi kita.

Filosofi itu Seperti Seperangkat Layar

Dalam proses kehidupan, angin situasi akan terus menerpa kita dari berbagai arah, hingga menyentuh semua aspek dari kehidupan kita. Kita semua pernah mengalami hembusan angin kekecewaan, keputus-asaan, dan kesedihan.

Tapi kenapa, masing-masing kita, dalam kapal kehidupan kita sendiri, yang semua dimulai dari titik yang sama, dengan tujuan akhir yang sama, tiba ditempat yang berbeda diakhir perjalanan?

Apakah kita semua tidak berlayar dilautan yang sama? Bukankah kita semua pernah diterpa oleh angin situasi dan badai kesulitan yang sama?

Apa yang memandu kita untuk menuju ke tempat yang berbeda-beda dalam hidup itu, ditentukan oleh cara kita memilih perangkat layar. Cara kita berpikir, membuat perbedaan yang besar dalam hal dimana kita akan tiba.

Perbedaan utama bukan terletak pada situasi, melainkan pada perangkat layar kita. Situasi yang sama pernah terjadi pada kita semua. Kita semua pernah mengalami saat dimana, meski sudah direncanakan dan diusakan, tetap saja gagal.

Situasi yang menantang itu bukan kejadian yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang miskin, tidak berpendidikan, atau melarat saja. Baik orang miskin maupun orang kaya, punya banyak masalah.

Orang miskin dan orang kaya itu punya berbagai masalah rumah tangga. Orang miskin dan kaya sama-sama punya tantangan, yang bisa mengarahkan mereka pada kehancuran finansial dan keputus-asaan.

Itu berarti, bukan apa yang terjadi yang menentukan kualitas kehidupan kita, melainkan apa yang kita pilih untuk dilakukan saat harus berjuang mengembangkan layar dan kemudian mengetahui, setelah berusaha maksimal, bahwa angin telah mengubah arahnya.

Saat angin berubah, kita juga harus berubah. Kita harus bangkit lagi dan mengatur ulang layar dalam sikap yang akan mengarahkan kita ke tempat tujuan yang telah kita tentukan sendiri.

Perangkat layar, bagaimana kita berpikir dan merespon, punya kemampuan yang jauh lebih besar untuk menghancurkan kehidupan kita, dibanding tantangan apapun yang kita hadapi.

Seberapa cepat kita dan seberapa bertanggung jawab kita bereaksi terhadap kesengsaraan, itu jauh lebih penting dibanding kesengsaraan itu sendiri.

Begitu kita mendisiplinkan diri untuk memahami hal ini, maka pada akhirnya, dan dengan sepenuh hati, kita akan menyimpulkan bahwa tantangan terbesar dalam hidup itu sebenarnya adalah, mengontrol proses pemikiran kita.

Belajar untuk mengatur ulang layar dengan mengubah angin, bukannya membiarkan diri untuk ditiup ke arah yang tidak kita inginkan, itu membutuhkan pengembangan sebuah disiplin yang baru.

Itu mengharuskan kita untuk memantapkan sebuah filosofi personal yang ampuh, yang akan membantu mempengaruhi semua yang kita lakukan, pikirkan, dan putuskan, dalam cara yang positif.

Jika kita bisa sukses dalam upaya ini, hasilnya akan mengubah arah dari penghasilan, tabungan, gaya hidup, dan hubungan kita, serta mengubah perasaan kita terhadap hal-hal berharga, juga tantangan.

Jika kita bisa mengubah cara kita memandang, menilai, dan memutuskan berbagai masalah utama dalam hidup, maka kita bisa mengubah kehidupan secara dramatis.