Keampuhan Self-Talk Positif

Mungkin, pengaruh terbesar terhadap sikap dan kepribadian anda itu adalah apa yang anda katakan pada diri sendiri, lalu anda percayai.

Bukan apa yang terjadi, melainkan cara anda meresponnya, yang menentukan pikiran, perasaan, dan aksi anda. Dengan mengontrol dialog batin, atau “self-talk,” anda bisa mulai mengendalikan semua aspek lain dari kehidupan anda.

Self-talk, yaitu kata-kata yang anda ucapkan pada diri sendiri, saat menggambarkan dan mendiskusikan perasaan anda mengenai suatu kejadian, akan menentukan kualitas dan kesehatan dari kehidupan emosional anda.

Saat anda memandang berbagai hal secara positif dan konstruktif, dan mencari kebaikan dalam setiap situasi dan semua orang, maka anda akan cenderung selalu bersikap positif dan optimis.

Kualitas hidup anda itu ditentukan oleh pikiran dan perasaan anda, dari waktu ke waktu. Karena itu, manfaatkan semua teknik yang ada, untuk menjaga agar pikiran anda hanya memikirkan apa yang anda inginkan, dan menjauhkannya dari apa yang tidak anda inginkan, atau takuti.

Arnold Toynbee, seorang ahli sejarah, mengembangkan apa yang disebut “challenge-response theory.” Saat meneliti jatuh bangunnya 20 peradaban besar di dunia, dia menyimpulkan bahwa setiap peradaban itu dimulai dari sekelompok orang.

Menurutnya, kelompok kecil ini akan menghadapi berbagai tantangan eksternal, misalnya serangan dari suku lain. Agar bisa bertahan dan berkembang, kelompok kecil ini harus bisa menghadapinya dengan positif dan konstruktif.

Jika berhasil, kelompok tersebut akan berkembang. Tapi tantangan lain yang lebih besar akan muncul. Dan jika terus berhasil, mereka akan terus berkembang, sampai akhirnya membentuk sebuah negara, lalu sebuah peradaban.

Toynbee meneliti 21 peradaban terbesar dalam sejarah, yang berakhir dengan peradaban Amerika, lalu menyimpulkan bahwa peradaban ini mulai menurun dan terpecah belah, karena para penduduk dan pemimpinnya kehilangan kemauan atau kemampuan dalam mengatasi tantangan eksternal.

Teori peradaban Toynbee ini juga bisa diterapkan pada kehidupan kita. Dalam hidup, anda akan terus menghadapi tantangan, kesulitan, masalah, kekecewaan, rintangan dan kekalahan. Semua itu pasti akan datang dan tidak bisa dihindari.

Tapi saat anda merespon setiap tantangan dengan efektif, anda akan berkembang menjadi orang yang lebih baik dan kuat. Bahkan, tanpa tantangan tersebut, anda tidak bisa mempelajari apa yang perlu anda ketahui, dan mengembangkan kualitas karakter anda saat ini.

Sebagian besar dari kemampuan untuk sukses itu berasal dari cara anda menjalani hidup. Salah satu ciri dari orang yang unggul itu adalah mereka menyadari bahwa kekalahan dan kekecewaan temporer itu pasti terjadi, dan tidak bisa dihindari.

Mereka menerima semua itu sebagai sesuatu yang normal dan wajar, sebagai bagian dari kehidupan. Mereka menghindari masalah sebisa mungkin, tapi saat itu muncul, mereka mempelajarinya, mengatasinya, dan terus melangkah maju.

Dr. Martin Seligman dari University of Pennsylvania telah menulis sebuah buku yang sangat menarik berdasarkan hasil penelitiannya selama 25 tahun mengenai masalah ini. Buku tersebut berjudul Learned Optimism.

Dalam buku tersebut, Dr. Seligman menjelaskan pola dasar dari respon orang-orang positif maupun negatif.

Sebagai hasil dari bekerja selama bertahun-tahun dibidang cognitive therapy, dia menemukan bahwa orang optimis itu cenderung memaknai berbagai kejadian dengan cara yang membuat pikiraannya tetap positif dan emosinya tetap stabil.

Orang optimis membiasakan diri untuk berbicara dengan dirinya dalam cara yang konstruktif. Setiap kali mengalami kesulitan, mereka segera menjelaskannya pada diri sendiri dengan cara yang membuat emosi dan perasaannya tetap stabil.

3 Perbedaan antara Optimis dan Pesimis

Dr. Seligman mengatakan bahwa ada 3 perbedaan dasar dalam reaksi orang optimis dan pesimis. Yang pertama, orang optimis itu memandang rintangan sebagai sesuatu yang temporer, sementara orang pesimis mengangapnya permanen.

Orang optimis memandang kegagalan sebagai kejadian temporer, terbatas waktu dan tidak berdampak bagi masa depan. Sedang orang pesimis, mengangapnya permanen, sebagai bagian dari hidup atau nasibnya.

Misalnya, katakanlah seorang penjual yang optimis menelpon 10 orang prospek, tapi semuanya menolak. Maka dia mengartikan ini sebagai kejadian temporer dan hanya masalah kemungkinan.

Dia menyimpulkan bahwa setiap kagagalan temporer itu, semakin mendekatkannya ke arah prospek yang mau membeli. Dia melupakan kejadian tersebut dan tetap semangat untuk menghubungi prospek ke 11, 12, 13, dan seterusnya.

Orang pesimis memandang situasi yang sama secara berbeda. Orang pesimis punya kecenderungan untuk menyimpulkan bahwa 10 kegagalan itu adalah tanda bahwa ekonomi sedang memburuk dan tidak ada pasar untuk produknya.

Orang pesimis menggeneralisir dan mulai putus asa dalam memandang situasi dan karirnya. Sementara orang optimis tidak menghiraukan penolakan itu dan terus berusaha, orang pesimis kehilangan semangat, gairah dan antusiasnya.

Perbedaan kedua adalah, orang optimis memandang kesulitan itu spesifik, sementara orang pesimis menandangnya sebagai sesuatu yang meluas. Itu artinya, saat gagal, orang opimis memandangnya sebagai kejadian khusus yang terpisah dari hal-hal lain dalam hidupnya.

Misalnya, jika sesuatu yang anda andalkan gagal terwujud, lalu anda mengartikan itu sebagai sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan dan bisnis, berarti anda telah bereaksi seperti orang optimis.

Sebaliknya, orang pesimis memandang kekecewaan sebagai sesuatu yang melebar. Yaitu, baginya, kejadian itu adalah tanda dari suatu masalah atau kekurangan yang menyerang semua aspek dari kehidupannya.

Jika orang pesimis bekerja keras untuk bisnisnya tapi gagal, dia cenderung untuk berasumsi bahwa itu akibat produk, perusahaan atau ekonomi yang memburuk, dan semua bisnis itu tidak ada harapan. Dia cenderung merasa tidak berdaya, tidak mampu berbuat apapun untuk mengubah nasibnya.

Perbedaan ketiga yaitu orang optimis memandang kejadian sebagai sesuatu yang eksternal, sedangkan pesimis mengartikannya sebagai sesuatu yang personal. Saat mengalami kekecewaan, orang optimis cenderung melihatnya sebagai akibat faktor eksternal yang berada diluar kendalinya.

Jika ada orang yang memotong jalurnya dijalan raya, misalnya, dari pada menjadi marah dan kesal, orang optimis hanya menganggap remeh kejadian tersebut dengan mengatakan misalnya, "waw, mungkin orang itu sedang kebelet pipis."

Sebaliknya, orang pesimis cenderung menganggap semuanya bersifat pribadi. Jika jalurnya dipotong, dia akan bereaksi seolah-olah orang itu sengaja ingin membuatnya marah dan frustasi. Orang pesimis menjadi marah dan negatif lalu ingin membalas.

Kita semua punya kecenderungan alami untuk bereaksis secara emosional saat harapan kita tidak terkabul. Saat sesuatu yang kita inginkan dan harapkan gagal terwujud, kita merasa kecewa dan sedih. Kita merasa sangat terpukul.

Tapi, orang optimis, segera melupakan kekecewaannya. Dia segera merespon untuk memulihkan keadaan dengan cara mengartikannya sebagai sesuatu yang temporer, spesifik, dan berada diluar dirinya.

Orang optimis mengontrol dialog batinnya, dan menghalau perasaan negatif dengan segera membentuk ulang kejadian itu sehingga tampak lebih positif.

Napoleon Hill, menginterview 500 orang tersukses di Amerika, lalu menyimpulkan bahwa, "Di dalam setiap rintangan atau kekecewaan itu terdapat bibit keuntungan atau keutamaan yang sama atau lebih besar." Dan ini adalah satu satu rahasia terbesar dari kesuksesan.

Karena pikiran sadar itu cuma bisa menahan satu pemikiran untuk satu waktu, entah itu positif atau negatif, berarti jika anda memilih untuk memikirkan hal-hal positif, maka pikiran anda akan tetap optimis dan emosi anda tetap positif.

Dan karena pemikiran serta peraaan anda itu menentukan aksi-aksi anda, maka anda akan cenderung menjadi orang yang lebih konstruktif, sehingga bisa bergerak jauh lebih cepat ke arah target-target yang anda pilih.

Semua itu tergantung dari kebiasaan anda saat berbicara pada diri sendiri. Dalam kursus penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, kita dianjurkan untuk merespon masalah dengan mengubah bahasa dari positif menjadi negatif.

Dari pada menggunakan kata masalah, kita dianjurkan untuk menggunakan kata situasi. Masalah, adalah sesuatu yang anda hadapi. Kejadiannya sama. Tapi cara anda mengartikannya yang membuat itu tampak sangat berbeda.

Kata yang bahkan lebih baik dibanding situasi adalah tantangan. Setiap kali anda mengalami kesulitan, segeralah membentuknya ulang dan memilih untuk memandangnya sebagai sebuah tantangan.

Dari pada mengatakan, "Aku punya masalah," katakan, "Aku punya tantangan menarik untuk diatasi." Kata tantangan itu positif. Itu sesuatu yang membuat anda jadi lebih baik dan kuat. Itu sama dengan situasi, hanya kata yang anda gunakan untuk menggambarkannya yang berbeda.

Kata yang terbaik dibanding semuanya adalah peluang. Saat anda menghadapi kesulitan apapun, dari pada mengatakan, "Aku punya masalah," katakan, "Aku menghadapi sebuah peluang tak terduga."

Dan jika anda memfokuskan kekuatan anda untuk mencari tahu peluang apa yang tersembunyi (meski itu cuma sebuah pelajaran yang berharga) maka anda pasti akan menemukannya. Seperti kata pepatah, "Carilah dan kamu pasti menemukannya, siapa yang mencari akan menemukan."

Salah satu pernyataan affirmasi positif untuk menghadapi kesulitan tak terduga itu adalah: "Semua situasi itu positif jika dipandang sebagai peluang untuk berkembang dan mengendalikan diri." Setiap kali terjadi sesuatu, segera netralkan kekuatan negatifnya dengan mengucapkan pernyatan ini.

Jika anda dibidang penjualan, dan metode prospekting anda tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan, anda bisa memandangnya sebagai sebuah peluang untuk berkembang dan mengendalikan diri.

Rintangan yang anda hadapi itu mungkin tujuannya untuk memberitahu bahwa ada cara yang lebih baik. Mungkin anda harus mencari prospek ditempat lain, atau dengan orang yang berbeda, atau menggunakan metode yang berbeda.

Mungkin kesulitan anda itu hanyalah bagian dari proses pengembangan ketekunan dan kegigihan yang anda perlukan untuk sukses.

Perbedaan antara pemenang dan pecundang itu adalah bahwa, pemenang itu menghadapi dan mengatasi kesulitan dengan konstruktif, sedangkan pecundang mengijinkan kesulitan mengalahkan dirinya.

Ciri khusus dari kepribadian yang matang, berfungsi, dan mengaktualkan diri itu adalah kemampuan untuk objektif dan tidak emosional saat menghadapi badai dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang unggul itu mampu untuk selalu berbicara dengan cara yang positif dan optimis pada dirinya, menjaga pikirannya agar tetap tenang, jernih, dan terkontrol.

Kepribadian yang matang itu lebih tenang dan sadar serta mampu memaknai setiap kejadian dengan lebih realistis dan tidak emosional. Sehingga, mereka jauh lebih terkontrol dan lebih berpengaruh, jarang marah, merasa kesal, atau terganggu.

Titik awal dari proses untuk menjadi orang yang sangat efektif itu adalah memonitor dan mengontrol self-talk anda setiap menit. Jaga pikiran dan kata-kata anda agar selalu positif dan konsisten dengan target anda, dan selalu fokuskan pada apa yang ingin anda lakukan dan cita-citakan.

5 Cara agar Tetap Positif dan Optimis

Berikut ini lima ide yang bisa anda gunakan agar menjadi lebih positif dan optimis:

Pertama, tekadkan bahwa apapun yang terjadi, itu tidak akan membuat anda frustasi. Anda akan meresponnya dengan cara konstruktif. Tarik napas panjang, tenangkan diri dan carilah kebaikan yang mungkin tersembunyi.

Saat anda membuat keputusan ini, mental anda akan lebih siap, sehingga tidak hilang keseimbangan saat terjadi sesuatu yang tidak terduga, karena itu pasti akan terjadi.

Kedua, netralkan semua pemikiran atau emosi negatif dengan selalu berbicara positif pada diri sendiri. Katakan misalnya, "Aku merasa sangat sehat! Aku merasa sangat bahagia! Aku merasa sangat bersemangat!"

Saat berangkat kerja, katakan pada diri sendiri, "Aku menyukai diri ku, dan aku menyukai pekerjaan ku!" Katakan misalnya, "Ini hari yang cerah; senang rasanya masih bisa hidup!"

Menurut Law of Expression, setiap kali anda mengekspresikan itu akan dikesankan. Apapun yang anda katakan pada diri sendiri atau orang lain, akan dikesankan ke dalam pikiran bawah sadar, dan menjadi bagian permanen dari kepribadian anda.

Ketiga, pandanglah kegagalan yang pasti akan anda alami itu sebagai sesuatu yang temporer, spesifik, dan eksternal.

Pandanglah situasi negatif itu sebagai satu kejadian yang tidak berhubungan dengan kejadian lain, dan sebagian besar disebabkan faktor eksternal yang berada diluar kendali anda.

Tolak keinginan untuk memandang kejadian itu sebagai sesuatu yang permanen, meluas atau mengindikasikan ketidak mampuan.

Keempat, ingatlah bahwa anda tidak mungkin bisa belajar, berkembang dan menjadi sukses jika tidak pernah mengalami kesulitan dan penderitaan. Anda harus bisa mengatasi dan mengalahkannya agar bisa menjadi orang yang lebih baik.

Sambutlah setiap kesulitan dengan mengatakan, "Itu bagus!" kemudian carilah sesuatu yang bermanfaat di dalamnya.

Kelima, fokuskan selalu pikiran pada target dan impian anda, pada apa yang anda cita-citakan. Saat hal-hal terjadi diluar dugaan, responlah dengan mengatakan pada diri sendiri, "Aku percaya semuanya akan menjadi lebih baik."

Tekadkan untuk tetap semangat dan bergairah. Tolak semua godaan yang akan mengarah pada kekecewaan dan keputus-asaan. Pandanglah kegagalan itu sebagai peluang untuk berkembang, serta pandanglah diri dan orang lain dengan cara yang positif dan optimis.

Saat mempraktekkan self-talk positif, dan menjaga kata-kata serta pikiran agar selalu sesuai dengan target dan mimpi-mimpi anda, maka tidak ada yang bisa menghalangi anda untuk sukses, seperti yang anda inginkan.