Pondasi dari Kepribadian Anda
Banyak orang yang bertanya, dari mana konsep diri itu berasal? Bagaimana itu dimulai? Bagaimana cara membentuknya? Apa yang paling berpengaruh bagi pembentukan dan cara mengubah konsep diri yang sudah terbentuk?"
Semua itu pertanyaan yang sangat vital, dan ada jawaban yang pasti untuknya. Faktanya adalah, seorang bayi itu terlahir tanpa memiliki konsep diri. Semua ide, pemikiran, perasaan, opini, kepercayaan, atau keyakinan yang anda miliki saat dewasa, adalah hasil dari proses belajar yang sudah anda mulai sejak kecil.
Anda telah diajarkan untuk mempercayai hal-hal yang saat ini anda percayai, oleh orang-orang dan berbagai pengaruh disekitar perkembangan hidup anda, terutama saat anda masih balita.
Memang benar, setiap anak itu pasti memiliki kepribadian, karakter, kecendrungan, bakat, dan berbagai attribut serta kualitas yang unik.
Sebagian psycholog berpendapat bahwa 60% dari karakteristik kepribadian anda itu, misalnya keberanian, kesenangan, ketertarikan, senitivitas, kemampuan atletis, dan sebagainya, itu diturunkan dan dibawa sejak lahir.
Itulah kenapa anak-anak yang terlahir dari orang tua, dan dibesarkan dengan cara yang sama, seringkali berbeda satu sama lain. Tapi dalam hal konsep diri, bagaimana seseorang akan berpikir dan merasa tentang diri, kemampuan dan potensinya, itu dipelajari sejak kecil.
Dua Kualitas Alami Anda
Saat lahir, anda memiliki dua kualitas alami. Yang pertama, anda sama sekali tidak punya rasa takut. Anda tidak punya alasan untuk takut, karena anda belum pernah mendapat pengalaman yang membuat anda menjadi takut.
Yang kedua, anda selalu bersikap spontan. Anda tertawa, menangis, buang air kecil dan besar, tidur, dan mengekspresikan diri tanpa memikirkan atau merisaukan apakah orang lain akan setuju atau tidak setuju dengan tingkah anda.
Dua kualitas alami inilah, yang akan anda tunjukkan saat dalam kondisi natural.
Sebagai orang dewasa, saat merasa benar-benar rileks dan aman, dikelilingi oleh orang yang menyukai dan mempercayai anda, maka anda cenderung kembali bersikap sangat terbuka, tidak takut, spontan, dan ekspresif.
Itulah kondisi ideal dari orang dewasa yang bahagia dan berfungsi secara penuh.
Dimulai sejak balita, sebagai hasil dari berbagai hal yang dilakukan dan diucapkan oleh orang tua, anda mulai belajar dua pola kebiasaan negatif yang kemudian menjadi pengaruh paling destruktif dalam kehidupan anda sebagai orang dewasa.
Pola kebiasaan negatif pertama yang anda pelajari disebut pola kebiasaan negatif penghambat. Inilah yang nantinya menjadi rasa terhadap takut kegagalan, resiko, dan kerugian.
Sebagai anak-anak, dorongan natural anda adalah untuk menjelajahi lingkungan anda. Anda sangat terdorong untuk mengambil, menyentuh, merasakan, dan bereksperimen dengan semua yang ada disekitar anda.
Tapi seringkali, orang tua anda akan bereaksi secara berlebihan terhadap tingkah laku ini, yaitu dengan cara menakut-nakuti anda sesering mungkin. Mereka akan mengatakan, "Jangan! Jauhi itu! Jangan sentuh itu!"
Bahkan banyak orang tua yang memperkuat kata-kata dan ancamannya melalui pukulan dan hukuman. Anak-anak sangat membutuhkan cinta, seperti mawar membutuhkan hujan. Bagi mereka, cinta itu sama pentingnya dengan makanan.
Sehingga, setiap gangguan yang menghambat aliran cinta tanpa syarat kepadanya, akan menyebabkan dia merasa gugup dan ketakutan. Para psycholog mengatakan bahwa hampir semua masalah orang dewasa itu berakar dari fenomena "cinta yang tertahan" di masa kanak-kanak.
Saat orang tua memarahi anda, sebagai akibat dari hasrat dan dorongan alami anda yang selalu ingin mengeksplore dunia dan lingkungan anda, maka anda belum bisa memahami bahwa ini adalah karena mereka mengkhawatirkan keselamatan anda.
Sebagai anak-anak, anda hanya bereaksi dan merespon dengan ide bahwa, "Setiap kali aku menanggis atau menyentuh atau merasakan sesuatu yang berbeda atau baru, ibu atau ayah menjadi marah. Itu berarti aku tidak mampu, tidak kompeten, tidak ahli, atau tidak bisa melakukannya."
Takut Mencoba Sesuatu yang Baru
Perasaan "Aku tidak bisa" ini mulai mengembangkan rasa takut terhadap kegagalan. Jika sejak kecil anda terlalu sering dimarahi atau dihukum, maka saat balita anda akan selalu merasa takut untuk mencoba hal-hal baru.
Ketakutan ini akan terus terbawa sampai anda mulai beranjak remaja dan dewasa. Sehingga, setiap kali anda ingin melakukan sesuatu yang baru atau berbeda, beresiko atau tidak pasti, reaksi pertama anda adalah "Aku tidak bisa!"
Begitu anda mengatakan "aku tidak bisa" pada diri sendiri, saat itu pula anda mulai segera memikirkan berbagai alasan kenapa hal seperti itu tidak mungkin. Anda akan lebih suka memikirkan dan membicarakan kegagalan, dari pada kesuksesan.
Anda akan labih suka memikirkan ketidak pastian dan semua resiko kerugian yang mungkin muncul. Anda akan berbicara pada diri sendiri agar segera menjauhinya, bahkan sebelum anda sempat mencobanya.
Napoleon Hill, penulis dari Think and Grow Rich, pernah bertanya pada audiencenya, "Berapa kali jumlah rata-rata percobaan yang akan dilakukan orang untuk mencapai suatu target sebelum akhirnya menyerah?"
Setelah beberapa tebakan dari audience, dia akhirnya menjawab, "Kurang dari satu kali." Yang ingin disampaikannya adalah bahwa orang umumnya akan menyerah bahkan sebelum mencoba. Mereka menyerah sebelum pertama kali mencoba.
Meski mereka ingin meningkatkan kehidupan, penghasilan, dan prestasinya saat ini, tapi begitu target baru muncul dipikirannya, secara otomatis mereka akan merespon dengan kata-kata, "Aku tidak bisa!" Lalu mulai memikirkan berbagai alasan kenapa itu tidak mungkin bagi mereka.
Kebiasaan terpenting yang bisa anda tanamkan untuk mendapat kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih besar adalah, membiasakan diri untuk mengulangi dan mempercayai kata-kata, "Aku bisa melakukan apapun yang bisa aku pikirkan!"
Kata-kata paling ampuh yang bisa anda ulangi, berkali-kali, untuk menetralisir dan mengatasi rasa takut gagal adalah, "Aku bisa! Aku bisa!"
Kata-kata terbaik yang bisa diucapkan orang tua kepada anaknya, selain dari kata "Aku sayang pada mu," adalah kata-kata "Kamu bisa melakukan apapun yang bisa kamu pikirkan."
Sungguh mengagumkan saat melihat berapa banyak kehidupan orang yang telah berubah secara dramatis karena dipengaruhi oleh seseorang, orang tua, rekan atau teman, yang selalu mengatakan padanya, "Kamu bisa!"