Belajar dari Pengalaman Pribadi
Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan dimensi pengetahuan kita saat ini adalah, dengan melakukan sebuah pengamatan yang serius mengenai pengalaman kita di masa lalu.
Kita semua punya universitas pengalaman di dalam diri kita. Barlapis-lapis rak buku, berjejer di dalam pikiran kita, yang ditulis dan ditempatkan disana oleh semua yang telah kita alami sejak lahir.
Berbagai pengalaman ini, telah mengusulkan pada kita bahwa, ada cara yang benar dan cara yang salah dalam setiap yang kita lakukan, dan dalam setiap keputusan yang kita ambil, juga dalam setiap penghalang yang menantang kita.
Salah satu cara untuk belajar melakukan sesuatu yang benar adalah dengan melakukan sesuatu yang salah. Kita belajar dari kegagalan sebaik kesuksesan. Kegagalan harus mengajari kita, atau kesuksesan pasti tidak akan menghadiahi kita.
Kegagalan dan kesalahan di masa lalu harus mendesak kita untuk mengembangkan tingkah laku saat ini, atau masa kini dan masa depan tidak jauh berbeda dengan masa lalu.
Kita sudah merekam ingatan dari semua perbuatan kita di masa lalu, dan mendapat manfaat atau menganggung akibatnya. Kuncinya adalah dengan menjadikan masa lalu sebagai pelayan kita, jika mengulanginya itu membuat kita menjadi budaknya.
Kita harus bekerja keras untuk memastikan bahwa ingatan masa lalu kita, entah baik atau buruk, itu akurat saat mereka melayani kita, dan untuk membuat masa depan menjadi lebih baik dibanding masa lalu.
Kita harus merenungkan masa lalu, mengenangnya kembali, mengambil pelajaran, dan memperbaiki tingkah laku kita saat ini, berdasarkan pelajaran yang kita ambil dari sejarah kita.
Jika kita memanipulasi kebenaran dari masa lalu, jika kita cenderung menyalahkan orang lain, dan bukan diri sendiri, berarti kita mencari jalan untuk melarikan diri dari realitas, hingga kita ditakdirkan untuk mengulangi kesalahan di masa lalu, dan mengalami kesulitan di masa kini.
Belajar dari Sebuah Suara Luar
Kita memang mampu mengoreksi diri sendiri. Tapi seringkali, ada pelajaran berharga dari mendengar suara luar.
Yaitu seseorang yang bisa memberikan penilaian objektif tentang apa dan bagaimana yang telah kita lakukan, dan dampaknya yang munkin akan muncul di masa-masa yang akan datang.
Sebuah pengamatan yang objektif dari seseorang yang opininya kita hormati, (seseorang selain diri kita sendiri) akan membuat kita mampu untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kita lihat.
Dalam dunia personal, kita cenderung hanya melihat sebatang pohon, sementara seorang teman yang objektif dan mampu, sepertinya akan melihat sebuah hutan.
Objektivitas, yang diberikan pada dalam bentuk nasehat yang bijak dari seseorang yang kita percayai dan hormati, bisa mengarahkan kita untuk mendapat informasi mengenai diri dan proses pengambilan keputusan, secara cepat dan akurat.
Itu bisa mencegah kita dari menarik kesimpulan yang keliru berdasarkan kebiasaan dari lingkungan kita.
Kita itu bijak, memang, jika kita mau mendisiplinkan diri untuk berkonsultasi dan menerima saran dari orang yang peduli. Sebab jika tidak, maka kehidupan dan situasi akan memaksa kita untuk mengambilnya dari orang yang tidak peduli.
Dalam dunia bisnis, ekskutif yang sukses seringkali berkonsultasi pada mereka yang memberikan suara luar yang menyegarkan. Karyawan perusahaan bisa menjadi begitu akrab dengan masalah yang dihadapi, sehingga kehilangan kemampuannya untuk melihat solusi yang duduk dibahu mereka.
Kita harus memastikan bahwa, kita memiliki akses ke seseorang atau kelompok yang kita pilih, dimana kita bisa berkonsultasi saat angin begitu sering berubah, sehingga seringkali kita tidak lagi yakin apakah kita masih dijalur yang benar.
Orang lain bisa membantu kita untuk mengamati aksi-aksi kita secara objektif, untuk memastikan bahwa kita tidak melenceng terlalu jauh dari azas-azas pokok.