Penolakan dan Cara Mengatasinya

Penolakan tidak harus menjadi sesuatu yang besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengalami banyak penolakan. Misalnya saat membuat lelucon yang tidak membuat orang tertawa, atau saat tidak ada orang yang ingat dengan mu, atau saat seseorang tidak mau berbicara kepada mu.
Merasa di tolak berbeda dengan saat merasa di terima. Tapi, saat kita di tolak, bukan berarti bahwa orang itu tidak menyukai, menghargai, atau menganggap kita tidak penting. Itu mungkin hanya masalah waktu, situasi, orang atau sesuatu yang kurang tepat.
Penolakan itu menyakitkan. Tapi sangat tidak mungkin untuk menghindarinya. Kita juga tentu tidak ingin orang lain menjadi terlalu takut untuk menolak, yang malah akan menghalanginya untuk mengejar sesuatu yang di inginkan. Tentu, mereka mungkin tidak menolak, tapi jika mereka menerimanya karena terpaksa, itu tidak banyak gunanya.
Semakin baik kita menghadapi penolakan, semakin sedikit pula efek negatif yang akan ditimbulkannya. Jadi, bagaimana caranya agar kita memiliki kemampuan untuk mengatasi penolakan? Berikut ini beberapa ide yang mungkin bisa di terapkan:

1. Jujurlah

Untuk bisa mengatasi penolakan dengan baik, kita perlu mempersiapkan dua hal, yaitu: bagaimana kita akan merasa dan berpikir. Mari kita mulai dengan bagaimana kita akan merasa. Jika kita mengalami penolakan, terimalah. Jangan coba untuk menutupi atau berpura-pura bahwa penolakan itu tidak menyakitkan. Cobalah untuk mengatakan pada diri sendiri "tidak seharusnya aku merasa seperti ini."
Perhatikan seberapa dalam perasaan itu. Apakah penolakan itu membuat mu menjadi sangat kesal? Atau hanya sedikit? Menangislah jika memang ingin, wajar jika kita ingin melepaskan emosi. Sekarang, nyatakan apa yang kau rasakan. Misalnya, "Aku sangat kecewa karena tidak di undang. Padahal aku sangat ingin datang. Aku merasa di sisihkan karena semua orang di undang tapi aku tidak."
Jika kamu mau, ceritakan pada orang lain tentang apa yang terjadi, dan ceritakan bagaimana perasaan mu. Cari orang yang mau mendengar dan memberikan dukungan. Dengan memberi tahu orang lain, itu akan sangat membantu, karena:
  1. Membuat kita yakin bahwa ada orang yang mengerti mengenai apa yang terjadi dan yang di rasakan.
  2. Memaksa kita untuk mengubah perasaan menjadi kata-kata.
Membagi perasaan dengan orang lain ataupun menyimpan nya sendiri, akan membantu untuk melepaskan perasaan yang menyakitkan.

2. Lebih positif

Saat berhadapan dengan perasaan yang menyakitkan, misalnya penolakan, itu akan membuat kita mudah untuk berpikir negatif. Dengan terus menyimpan dan mengingat hal-hal negatif, akan membuat kita merasa seperti mengalaminya berulang-ulang. Dan itu bukan cuma akan membuatnya menjadi tambah menyakitkan, tapi juga akan membuat kita semakin sulit untuk menerima penolakan.
Jadi, akuilah perasaan mu, tapi jangan di simpan. Hindari membicarakan atau memikirkannya secara berulang-ulang. Mengapa? Pikiran yang negatif akan mempengaruhi pengharapan dan bagaimana cara kita akan bereaksi. Terjebak dalam pendangan negatif, mungkin malah akan membuat kita semakin banyak menerima penolakan. Dan itu tidak akan menginspirasi kita untuk mencobanya lagi.

3. Perhatikan jalan pikiran

Sekarang kita membahas mengenai bagaimana kita akan berpikir: Coba pikirkan bagaimana cara kita menjelaskan penolakan itu pada diri sendiri. Apakah karena kita terlalu memaksakan diri? Wajar jika kita jadi berpikir "Mengapa ini terjadi?" Berhati-hatilah saat ingin memberi penjelasan pada diri sendiri, tetap fokus pada fakta.
Katakan pada diri sendiri: "Aku tidak di undang karena orang itu tidak mengenal ku dengan baik." Jangan katakan pada diri sendiri: "Aku tidak di undang karena aku ini bodoh" atau "aku ini pecundang." Sebab, itu bukanlah fakta. Itu hanyalah imajinasi dari perasaan, yang terlalu tenggelam dalam situasi. Jika pikiran-pikiran seperti itu mulai masuk ke dalam kepala, singkirkan!
Menyalahkan diri sendiri atau berpikir negatif bisa memperbesar kesalahan dan membuat kita percaya hal-hal yang sebenarnya tidak benar. Pikiran-pikiran seperti ini akan menghilangkan harapan dan kepercayaan pada diri sendiri. Padahal, kita membutuhkannya (harapan dan kepercayaan) untuk menghilangkan perasaan itu dan agar mau mencobanya lagi.
Jika kamu mulai menyalahkan atau merendahkan diri sendiri, saat itulah kamu mulai percaya bahwa kamu akan selalu di tolak. Pikiran-pikiran seperti "Aku tidak mungkin berhasil" atau "Tidak ada orang yang pecaya dengan ku" akan memperkuat efek negatif yang di timbulkan oleh penolakan. Penolakan memang bisa sangat menyakitkan, tapi bukan berarti itu adalah akhir dari segalanya.

4. Tetap fokus

Katakan pada diri sendiri: "Ok, jadi saat ini aku di tolak. Mungkin lain kali aku pasti diterima." atau "Waduh. Begini jadinya. Menyedihkan. Padahal bukan ini yang aku harapkan. Tapi tidak ada yang mau percaya. Akan kucoba lagi."
Pikirkan tentang kemampuan mu dan apa yang mampu kau lakukan dengan baik. Ingatlah momen-momen terbaik mu. Misalnya saat di terima, saat berhasil mendapatkan sesuatu, saat seseorang mengatakan "Ya." Pikirkan tentang orang-orang yang menyukai dan mendukung mu.
Beri penghargaan pada diri karena telah mencoba. Itu karena kita telah berani mengambil resiko, dan itu bagus. Ingatkan diri bahwa kita pasti bisa mengatasi penolakan. Meski saat ini di tolak, toh... masih ada kesempatan lain. Cobalah untuk sedikit berpilosophy: "Terkadang sesuatu terjadi tanpa kita selalu mengerti apa alasanya."

5. Manfaatkan sebagai keuntungan

Penolakan memberi kita kesempatan untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki. Jadi tidak masalah jika berpikir bahwa mungkin target kita terlalu tinggi di banding kemampuan yang di miliki. Jika saat ini kemampuan belum memadai, mungkin kita masih perlu belajar, berlatih, atau apapun yang bisa meningkatkan peluang di lain waktu.
Gunakan penolakan itu sebagai sebuah peluang untuk memperbaiki diri. Terkadang, sebuah penolakan itu sebenarnya adalah perbandingan antara harapan dan kenyataan. Tapi, jika cara pendekatan nya benar, itu akan mendorong kita ke arah yang lebih sesuai dengan bakat, kepribadian, dan semua hal yang kita miliki.